Selasa, 24 Oktober 2017

Manusia yang Tidur 175.200 Jam

Selamat malam! Bukan, selamat pagi maksudnya mengingat saat saya menulis ini, waktu menunjukkan pukul 00.32.
Ini hanya sebuah catatan kecil, dari beberapa pelajaran yang saya ingat. Sebelum memejamkan mata, saya sering mengingat-ingat kembali, throwback pelajaran saja sih, yang sudah saya dapatkan hingga detik ini.

Ketika bayi, si kecil ini sudah banyak merepotkan. Terlahir dg posisi "sungsang" namun tanpa sesar alias normal. Si Bayi ini mengeluarkan kaki nya dulu.. Tak terbayang betapa sakit Ibunya! Bahkan setiap hari, sang Ibu selalu mengurut kaki anaknya, khawatir kalau-kalau anaknya tak bisa seperti yg lain. "Mbok, mbok lihat kakinya Gendhuk, panjang sebelah ndak sih mbok?" begitu kira-kira pertanyan Sang Ibu tiap memandikan bayinya.

Ketika masih belum bisa duduk dg normal (masih disangga atau didudukkan), bayi ini sudah bisa berbicara. Ibu biasa membiarkanny bermain di kasur lantai. Betapa kaget sang Ibu ketika mendapati bayinya bertanya "Bu, Ibu.. Ates? Ates??" (pantas) maksudnya, sambil menempelkan baju orang dewasa ke badan mungilnya.

Ketika akan masuk TK, Ibu kaget ketika mendapati anaknya membaca judul headline news dan artikel di koran.

Ketika masa kanak-kanak, anak ini super cerewet. Apapun dia tanyakan. Ketika masuk TK selama dua tahun, dia tidak pernah mau maju atau menjadi pemipin barisan. Alhasil, raportnya banyak evaluasi. Ketika Sang Ibu bertanya"Nak, kenapa sih kok gak mau disuruh Ibu Guru maju?"
Si kecil ini menjawab "Ngapain Bu, aku sudah bisa kok! Gak usah maju"

Menginjak masa SD, si kecil ini belum menemukan arti pentingnya belajar. Dia hanya sekolah dan bermain. Ketika sang Ibu bertanya, "Nak, ayo belajar. kok gak belajar sih?" Jawabannya masih sama "Ngapain belajar Bu Aku sudah bisa kok!"

Hingga yg membuatnya jera adalah UN. Sejak saat itu, dia sadar bahwa nilai yg keluar nantinya adalah rejeki. Allah tidak menilai kepintaran kita. tapi bagaimana hasil usaha kita. Dari situ dia mulai belajar karena butuh. Dia mulai keluar, tidak lagi seperti katak dalam tempurung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar