"Apa itu jodoh?"
Barangkali imajinasimu tentang jodoh dan belahan jiwa begitu sederhana: di tepi pantai, kau mengandaikan ada orang di seberang sana, yang tengah menunggumu untuk berlayar.
Namun di saat yg sama terkadang kau justru meragu sehingga sering kali hanya bisa menunggu orang itu merakit dayungnya, dan mengarahkan kompasnya untuk menjemputmu.
Tetapi laut, ombak dan isinya selalu menjadi misteri yg tak terduga-duga bukan? Orang yg kau sangka belahan jiwa sering kali hanyalah perantara, atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu yg sesungguhnya.
Fahd Pahdepie
Rabu, 25 Oktober 2017
Selasa, 24 Oktober 2017
Manusia yang Tidur 175.200 Jam
Selamat malam! Bukan, selamat pagi maksudnya mengingat saat saya menulis ini, waktu menunjukkan pukul 00.32.
Ini hanya sebuah catatan kecil, dari beberapa pelajaran yang saya ingat. Sebelum memejamkan mata, saya sering mengingat-ingat kembali, throwback pelajaran saja sih, yang sudah saya dapatkan hingga detik ini.
Ketika bayi, si kecil ini sudah banyak merepotkan. Terlahir dg posisi "sungsang" namun tanpa sesar alias normal. Si Bayi ini mengeluarkan kaki nya dulu.. Tak terbayang betapa sakit Ibunya! Bahkan setiap hari, sang Ibu selalu mengurut kaki anaknya, khawatir kalau-kalau anaknya tak bisa seperti yg lain. "Mbok, mbok lihat kakinya Gendhuk, panjang sebelah ndak sih mbok?" begitu kira-kira pertanyan Sang Ibu tiap memandikan bayinya.
Ketika masih belum bisa duduk dg normal (masih disangga atau didudukkan), bayi ini sudah bisa berbicara. Ibu biasa membiarkanny bermain di kasur lantai. Betapa kaget sang Ibu ketika mendapati bayinya bertanya "Bu, Ibu.. Ates? Ates??" (pantas) maksudnya, sambil menempelkan baju orang dewasa ke badan mungilnya.
Ketika akan masuk TK, Ibu kaget ketika mendapati anaknya membaca judul headline news dan artikel di koran.
Ketika masa kanak-kanak, anak ini super cerewet. Apapun dia tanyakan. Ketika masuk TK selama dua tahun, dia tidak pernah mau maju atau menjadi pemipin barisan. Alhasil, raportnya banyak evaluasi. Ketika Sang Ibu bertanya"Nak, kenapa sih kok gak mau disuruh Ibu Guru maju?"
Si kecil ini menjawab "Ngapain Bu, aku sudah bisa kok! Gak usah maju"
Menginjak masa SD, si kecil ini belum menemukan arti pentingnya belajar. Dia hanya sekolah dan bermain. Ketika sang Ibu bertanya, "Nak, ayo belajar. kok gak belajar sih?" Jawabannya masih sama "Ngapain belajar Bu Aku sudah bisa kok!"
Hingga yg membuatnya jera adalah UN. Sejak saat itu, dia sadar bahwa nilai yg keluar nantinya adalah rejeki. Allah tidak menilai kepintaran kita. tapi bagaimana hasil usaha kita. Dari situ dia mulai belajar karena butuh. Dia mulai keluar, tidak lagi seperti katak dalam tempurung.
Ini hanya sebuah catatan kecil, dari beberapa pelajaran yang saya ingat. Sebelum memejamkan mata, saya sering mengingat-ingat kembali, throwback pelajaran saja sih, yang sudah saya dapatkan hingga detik ini.
Ketika bayi, si kecil ini sudah banyak merepotkan. Terlahir dg posisi "sungsang" namun tanpa sesar alias normal. Si Bayi ini mengeluarkan kaki nya dulu.. Tak terbayang betapa sakit Ibunya! Bahkan setiap hari, sang Ibu selalu mengurut kaki anaknya, khawatir kalau-kalau anaknya tak bisa seperti yg lain. "Mbok, mbok lihat kakinya Gendhuk, panjang sebelah ndak sih mbok?" begitu kira-kira pertanyan Sang Ibu tiap memandikan bayinya.
Ketika masih belum bisa duduk dg normal (masih disangga atau didudukkan), bayi ini sudah bisa berbicara. Ibu biasa membiarkanny bermain di kasur lantai. Betapa kaget sang Ibu ketika mendapati bayinya bertanya "Bu, Ibu.. Ates? Ates??" (pantas) maksudnya, sambil menempelkan baju orang dewasa ke badan mungilnya.
Ketika akan masuk TK, Ibu kaget ketika mendapati anaknya membaca judul headline news dan artikel di koran.
Ketika masa kanak-kanak, anak ini super cerewet. Apapun dia tanyakan. Ketika masuk TK selama dua tahun, dia tidak pernah mau maju atau menjadi pemipin barisan. Alhasil, raportnya banyak evaluasi. Ketika Sang Ibu bertanya"Nak, kenapa sih kok gak mau disuruh Ibu Guru maju?"
Si kecil ini menjawab "Ngapain Bu, aku sudah bisa kok! Gak usah maju"
Menginjak masa SD, si kecil ini belum menemukan arti pentingnya belajar. Dia hanya sekolah dan bermain. Ketika sang Ibu bertanya, "Nak, ayo belajar. kok gak belajar sih?" Jawabannya masih sama "Ngapain belajar Bu Aku sudah bisa kok!"
Hingga yg membuatnya jera adalah UN. Sejak saat itu, dia sadar bahwa nilai yg keluar nantinya adalah rejeki. Allah tidak menilai kepintaran kita. tapi bagaimana hasil usaha kita. Dari situ dia mulai belajar karena butuh. Dia mulai keluar, tidak lagi seperti katak dalam tempurung.
Minggu, 22 Oktober 2017
Tips Menghadapi Kejahatan Scamming
Selamat pagi!
Kali ini saya ingin membagikan kisah yang bisa kita jadikan
pelajaran. Kisah seorang Mahasiswa yang baru saja menjadi korban kejahatan
Scamming. Bagi anda yang belum pernah mendengar, Scamming berasal dari kata
Scam (noun) yang berarti berita elektronik
dalam Internet yang membohongi dan bersifat menipu, sehingga pengirimnya akan
mendapat manfaat dan keuntungan. Berita tersebut bisa berupa SMS atau chat
penipuan, telepon atau pesan pribadi yg disertai ancaman. Mengapa
saya tertarik untuk membahas scamming? Karena dalam banyak kasus, 95% korbannya
adalah "wanita". Di Indonesia, kasus scamming sendiri telah banyak
memakan korban. Bahkan pada tahun 2016, kerugian korban scamming sudah mencapai
milyaran rupiah! Bukan hanya materi, korban kejahatan scamming juga akan
mengalami depresi, stress, atau bahkan trauma yang berdampak pada kejiwaan si
korban. Jahat banget kan!
Scamming
yang akan kita bahas disini adalah yang paling banyak terjadi dan paling banyak
menimbulkan kerugian materi maupun non materi. Jadi dalam kasus ini, pelaku
scamming nantinya akan mengirimkan berita kepada target (korban) yang biasanya
disertai ancaman. Pelaku akan meminta imbalan dan syarat-syarat lain. Pada
kasus-kasus scamming yang terjadi, pelaku biasanya memiliki data-data
korban seperti foto atau video pribadi. Foto atau video pribadi tersebut
bisa didapatkan pelaku dari usahanya menyamar dan mendekati target korban
melalui dunia maya. Lambat laun, pelaku akan terus berusaha mendekati korban
dengan menyamar sebagai seseorang yang menarik hati si korban. Ketika korban
sudah masuk dalam 'jebakan cinta' si scammer, gotcha! Krban akan percaya dan menuruti
semua keinginan pelaku. Kasus inilah yang disebut Scamming Cinta.
Selain
itu, scammer juga bisa mendapatkan data pribadi korban dengan meretas media
sosial, menyadap atau mencuri file-file pribadi korban di media penyimpanan si
korban. Nah, dalam hal ini kita harus lebih waspada. Terutama pada saat akan
menjual gadget atau laptop yang pernah anda isi dengan data-data pribadi anda.
Motif si pelaku pada dasarnya bermacam-macam. Ada yang ingin
meminta uang atau keinginan lain seperti (maaf) nafsu pribadi. Kebanyakan
korban scamming bingung dan panik menghadapi ancaman sehingga pelaku dapat
lebih leluasa menjalankan aksinya. Wajar, siapa sih yang tidak panik saat
diancam data-data pribadinya akan disebar? Nama baik, reputasi, teman dan
keluarga adalah taruhannya. Korban pasti membayangkan hidupnya, karirnya bahkan
rumah tangganya akan hancur.
Pertama, ancaman-ancaman tersebut harus dilawan!! Mengapa? karena jika tidak, maka si pelaku akan semakin menjadi-jadi. Ketika pelaku sudah tidak bisa diajak bernegosiasi, maka jangan takut!Lawanlah!
Contoh :
"Kalau sampai besok pagi kamu tidak kirimkan uang 25juta. Siap-siap saja
foto kamu akan aku sebarkan ke media sosial!"
"Kamu tidak berhak! memangnya kamu siapa. Biarkan saja, biar saya makin TOP di dunia maya!"
Kedua, cari
perlindungan. Ketika anda merasa terancam oleh seseorang yg menelepon atau
mengirimkan pesan, anda dapat segera melaporkannya ke pihak polisi. Dalam hal
ini, yang menangani UU ITE adalah Polres atau Polda. Namun, saya sarankan anda
langsung membuat pengaduan ke Polda (Reserse Kriminal Khusus unit Cyber Crime).
Polda telah bekerjasama dengan provider sehingga dimanapun dan kapanpun, pelaku
dapat diketahui keberadaannya. Namun, proses tidak bisa dilakukan serta-merta.
Sementara anda melaporkan ke pihak yg berwajib, hadapi ancaman ancaman tersebut
dengan santai. Respon-respon pelaku nantinya akan sangat berguna saat proses
penyidikan.
Ketiga, tetaplah kuat. Yakinlah semua masalah yang terjadi
akan membuahkan hikmah. Jangan menjadi stress ataupun depresi. Lalui hari
dengan sebaik-baiknya.
Keempat, berdoalah. Ketika segala usaha telah dilakukan,
maka hal terakhir yang harus dilakukan adalah berdoa. Bisa jadi semua ini
karena kekhilafan kita, atau Tuhan sedang menguji kita. Selain itu, Mintalah
perlindungan kepada orang-orang terdekat.
So, mulai sekarang bijaklah dalam menggunakan teknologi. Selalu berhati-hati dan gunakan untuk hal yang positif! :)
Senin, 02 Oktober 2017
CINTA dan PERNIKAHAN
Suatu ketika di taman yang indah, Plato sedang belajar bersama gurunya. Plato bertanya, "Guru, apa itu cinta?" Sang Guru menjawab. "Berjalanlah kamu dari sini hingga ke ujung taman bunga, petik satu bunga yang paling indah dan bawa bunga itu kepadaku. Ingat, kau hanya boleh berjalan terus tanpa boleh kembali ke belakang"
Plato berjalan menyusuri taman bunga. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan tangan kosong.Sang Guru bertanya, "Bukankah aku menyuruhmu membawa satu bunga yang paling indah? Kenapa kau tidak membawanya?"Plato tertunduk seraya menjawab," Maaf Guru, sebenarnya di perjalanan tadi aku menemukan satu bunga yang menurutku indah. Namun aku tidak yakin, apakah di depan sana masih ada yang lebih indah. Maka aku terus melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di ujung taman, kupikir bunga yang kulewatkan tadi adalah yang paling indah, tapi aku tidak boleh kembali." Sang Guru kemudian menjawab, "Itulah Cinta."
Keesokan harinya, Plato belajar di hutan bersama Gurunya. Plato kembali bertanya, "Guru, apa itu pernikahan?" Sang Guru menjawab,"Berjalanlah kamu melewati hutan ini lalu tebang satu pohon terbaik. Ingat, hanya satu pohon dan kau tidak boleh berbalik ke belakang."
Plato berjalan menyusuri hutan, beberapa saat kemudian ia kembali. "Guru, aku telah menebang satu pohon di tengah sana." Sang Guru bertanya,"Apakah kau yakin itu yang terbaik?"
Plato menunduk seraya menjawab,"Aku menemukan pohon itu dan ku pikir itu pohon yang terbaik, lalu menebangnya. Meski aku tidak tahu apakah di depan sana ada yang lebih baik atau tidak, karena kemarin aku mencari bunga yang terindah namun aku kembali dengan tangan kosong. Jadi aku pikir, aku tidak ingin perjalananku sia-sia." Kali ini Sang Guru tersenyum lega dan menjawab,"Itulah pernikahan."
Langganan:
Postingan (Atom)