Part 02 - Into You
Jisoo menghentikan Audi A5 silvernya di parking hall Four Season. Kali ini dia memakai penyamaran lengkap. Pakaian serba hitam, topi hitam, masker hitam. Ia tidak ingin pertemuan dengan sahabatnya kali ini terganggu karena kerumunan paparazzi. Tak menunggu lama, ia segera menelepon Cherry.
“Ya! Kau dimana. Aku tidak bisa menjemputmu ke kamar karena suasana lobi sangat ramai. Aku akan menunggumu di mobil.”
“Baiklah, aku akan kesana. Tak sulit menemukan mobil mewahmu di parking hall kan? Haha.”
“Biasa saja tau! Awas kau meledekku.” Kesalnya.
Four Season’s Parking Hall•••
Jisoo melambaikan tangannya ke luar jendela mobil. Cherry yang baru keluar dari lift segera menghampiri dan masuk mobil Jisoo.
“Jicu-ya, kau harus berpakaian seperti ini setiap keluar rumah?”
“Untuk kehidupan pribadi, iya.”
“Begitukah? Apakah berat bagimu?” Cherry menatap Jisoo innocent.
“Ishh, kau mengkhawatirkanku huh? Tenanglah. Tidak semua kehidupan idol menyebalkan kok. Aku masih bisa menikmatinya. Lagipula, ini kan impianku.”
Jika Jisoo menjalani hidupnya seperti ini, apakah Hanbin juga? Apalagi saat ini Hanbin sedang mengalami masalah, pasti berat baginya. Cherry menggigit bibir bawahnya. Pikirannya melambung kemana-mana memikirkan idolnya. Dirinya yang hanya seorang fans saja menangis, apalagi member IKON. Apakah mereka menangis juga? Mengapa ia jadi sensitif begini, pikirnya. T.T
Mobil melaju dengan Cherry yang masih terperangkap dalam pikirannya.
••••
“Cherry-ah, kau melamun? Kita sudah sampai.” Ucap Jisoo membuyarkan lamunannya.
“Ah. Tidak kok. Em, ya sedikit. Aku sedikit gugup sekarang.”
“Masuklah, kita bicarakan di kamarku oke. Jangan khawatir uri Cherry. Aigoo, kau benar-benar IKONIC sejati nde. Kau bahkan langsung mengambil penerbangan satu jam setelah artikel itu muncul.” Goda Jisoo sambil mengelus-elus pucuk kepala Cherry.
“Ya! Kau mau mati! Berhenti menggodaku!”
Jisoo’s Bedroom•••
Cherry POV
Malam ini aku akan di rumah Jicu, sahabatku sejak Papa masih tinggal di Australia. Ayah Jisoo dan Papa adalah sahabat karib sekaligus rekan bisnis. Kami bersekolah di SD dan SMP yang sama di Melbourne. Namun, setelah lulus SMP keluarga Jisoo memutuskan untuk kembali ke Korea. Kami masih tetap berkomunikasi sejak Jisoo training sampai debut di Balckpink. Namun, akhir-akhir ini dia memang sulit dihubungi karena jadwal promosinya ke Eropa.
“Cherry-ah, ada kamar tamu di sebelah sana tapi aku akan mengurungmu di kamarku. Tidurlah disini oke? Aku hanya ingin ngobrol dan tidak merindukanmu.” Ucap Jisoo. Dasar, si tukang gengsi. Aku hanya tertawa mendengar alibinya.
“Baiklah, tapi bantu aku ya. Pleaseeee.” Aku memasang wajah puppy paling imut yang ku punya. Jisoo mendorong wajahku dengan kesal.
“Aishh.. Gadis ini. Kau tau akan sedikit sulit mengingat dia sudah tidak lagi di agensiku. Tapi mungkin besok dia ke kantor YG untuk mengurus suatu hal atau mengambil barang-barangnya di dorm.”
“Aaakkk! Gomawo, Jicuyaa saranghae!” ku kecup pipi Jisoo sampai ia kegelian. Hehe. Biar saja. Aku bahagiaaa malam ini.
•••
Ternyata malam ini aku tidak bisa tidur. Memang sih, aku bahagia karena akan bertemu Hanbin. Tapi, apakah dia mengenaliku? Apakah dia menerimaku? Dia mungkin akan menolakku karena suasana sedang tidak baik. Hiks. Apa yang harus kulakukan?
•••
Keesokan paginya, Jisoo dan Cherry sudah tiba di gedung YG. Cherry menunggu Jisoo yang sedang berlatih dance sambil meminum sebotol yoghurt pisang favoritnya. Ditengah-tengah dance, tiba-tiba pintu latihan terbuka.
“Ah, maaf kukira tidak ada orang. Aku akan mengambil mic di sebelah sana.” Ucap pria itu kepada Cherry.
“B-baiklah, silakan. Aku hanya tamu disini. Anyeonghaseyo.”
“De anyeonghaseyo. Tapi, benarkah? Kukira kau seorang trainee baru. Kau sangat cantik.” Ucap pria itu sambil menunjukkan smirknya.
Lagu dance berhenti. Jisoo menghampiri pria itu sambil melotot.
“YA Song Mino! Jangan sentuh dia. Dia adalah temanku. Kalau kau macam-macam....” Jisoo memberi isyarat memotong leher. Mino yang melihat isyarat Jisoo langsung mundur selangkah.
“O-oke, aku hanya ingin mengambil mic ini kok. Dasar galak!” ledek Minoo sambil berlalu pergi.
Cherry yang melihat mereka tertawa pelan.
“Jicu-ya, kau lebih galak dari Mamaku. Haha.”
“Abaikan saja kadal itu. Ah, keunde.. Ayo kita ke ruangan sebelah. IKON biasanya datang jam segini.”
“Hanbin?”
“Mungkin saja.”
Mereka berdua menunggu di kursi sisi lorong menuju studio IKON. Sudah 10 menit, tapi keadaan masih sepi.
“Cherry-ah, aku akan ke ruangan manajer untuk mengurus jadwal. Kau tak apa kutinggal sendiri?”
“Tak apa, kau bisa menelepon jika sudah selesai.”
“Baiklah, semoga beruntung. Ingat, jangan menangis nde. Kau harus kuat. Fighting!”
Jisoo berlalu sambil melambaikan tangan. Cherry kembali duduk sambil memainkan ponselnya. Lima menit berlalu, tapi belum ada tanda-tanda IKON muncul. Cherry berniat ke toilet sebentar. Tangannya tak lepas mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ya, ia lupa untuk ambil cuti kuliah jadi ia harus negosiasi dengan Pak Yohan, dosen killer itu.
Brukk! Dahinya menabrak dagu seseorang, sakit sekali. Cherry mengelus-elus dahinya sambil meringis.
“Maafkan aku, aku ..” baru saja Cherry akan minta maaf, tapi ia malah mematung karena manusia di hadapannya saat ini.
Cherry POV
Akh! Sakit sekali Ya Tuhan dagu siapa ini lancip banget menggores dahi ku yang berharga T.T
Tapi aku adalah pihak yang salah karena berjalan sambil sibuk mengirim pesan.
“Maafkan aku, aku...”
Aku menghentikan ucapkanku melihat orang yang berdiri di hadapanku sekarang. Jantungku berdetak kencang, perutku mendadak mules seperti kupu-kupu berterbangan. Apakah ini dia?
Tapi, wajahnya tertutup masker dan rambutnya tertutup topi. Aku membulatkan mataku ketika menyadari bentuk alisnya. Kim Hanbin. Dia pasti Kim Hanbin. Aku menghafal setiap inchi wajahnya meski hanya melalui foto yang selalu ku zoom in zoom out. Sekarang dia di hadapanku. Aku harus bagaimana?
“Hanbin ah, is that you?” ucapku pelan sambil menatapnya tak percaya.
Hanbin menarik tanganku dengan tiba-tiba tapi sedikit kasar membuatku sedikit terpekik. Apakah dia marah? Ia membawaku ke sebuah studio kecil. Aku mengira ini adalah studio pribadinya karena banyak karakter mickey mouse disana. Dia masih menggenggam tanganku kuat, pasti tanganku benar-benar merah sekarang. Aku mencoba melepaskan genggamannya dan berhasil.
“Kau? Untuk apa kau kesini?” ucap Hanbin ketus.
Wajahnya merah menahan emosi. Aku benar-benar tidak pernah melihat ekspresi Kim Hanbin yang seperti ini. Ia seperti frustasi dan benci melihatku. Dia bahkan tidak mengucapkan ‘Hai’.
Deg.
Aku, tidak tahu harus berkata apa.
“Apakah kau bodoh? Apa kau mengira aku akan benar-benar berharap kita bertemu lagi? Ahh jinja. Kau bahkan masih memgingat janjiku untuk menghubungimu? Cih.” Lanjutnya.
Bayangan tentang betapa bodohnya aku menangis sambil menyetir ugal-ugalan demi mengejar penerbangan awal, berbohong pada Papa Mama, dan bolos kuliah berkelebat dalam pikiranku. Lebih jauh, tentang bagaimana aku seperti orang gila sendirian tertawa dan tersipu hanya dengan melihat videonya bernyanyi. Ya, dia. Kim Hanbin.
Airmataku berlinang, tapi aku segera menahannya. Aku tidak akan menangis kali ini. Ini masih awal, batinku. Permasalahan saat ini mungkin membuat emosinya tidak stabil. Aku mencoba tersenyum.
“Tidak. Aku hanya ingin datang saja. Jangan lewatkan jam makan dan jaga diri baik-baik.” Ucapku sambil berusaha tersenyum cerah.
“Tcihh.. Kau pikir kau siapa?”
“Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya orang yang menikmati lagu-lagumu. Aku akan pergi sekarang. Maaf.” Ucapku akhirnya.
Jujur, aku masih ingin melihatnya tapi aku tidak sanggup. Aku harus ke toilet sekarang untuk mengeluarkan air mata sialan ini. Mataku ngilu menahannya.
End
Kependekan kah? Aku akan berusaha lebih banyak guys T.T