Selamat malam pembaca!
Kabar baik? Sudah lama mimin ngga nulis ya, hehe.
Sebenarnya sudah lama pingin nulis topik ini. Fenomena sosial yang sedang booming entah dengan atau tanpa kita sadari. Mahasiswa hedonis, kenapa sih dua hal ini sangat sering kita dengar? Kenapa harus mahasiswa. Padahal ibu-ibu atau bapak-bapak kan juga bisa.
Mereka adalah kaum minoritas yang beruntung. Stigma terhadap mereka adalah memiliki darah juang yang tinggi. Dijuluki kaum intelektual, akademisi dengan gagasan-gagasan besar. Ide-ide dan inovasinya dinanti, goresan penanya dihargai dan suara orasinya dipandang lautan manusia.
Agent of change, para pemuda yang selalu dielu-elukan bakal membawa perubahan besar bagi negeri. Ungkapan orang, mereka idealis, kritis selalu bicara kepentingan rakyat.
Historisnya, mahasiswa sejatinya mengemban tugas mulia. Hal yang menjadi pertanyaan bagi mahasiswa adalah, apakah mahasiswa saat ini masih mengemban dan melaksanakan tugas mulia tersebut? Ataukah jiwa mereka telah digerogoti budaya hedonis?
Definisi sederhana hedonisme adalah aliran atau budaya yang berorientasi pada kesenangan, foya-foya, serta apapun yang bersifat duniawi. Paham hedonisme berpotensi akan melahirkan apatisme dan pragmatisme. Hal tersebut karena apabila paham hedonisme tersebut telah menjadi pegangan hidup seseorang, maka karakter apatisme dan pragmatisme akan andil menguasai dirinya. Kepedulian terhadap lingkungan sosial akan semakin menurun dan keegoisan semakin menjadi-jadi. Jelasnya, mereka tidak hanya lupa terhadap kesulitan orang tua, namun mereka telah menjauh dari ajaran Tuhannya.
Lebih jelas lagi, paham itulah yang membuat mahasiswa di negeri ini menjadi tidak memiliki orientasi yang jelas, lupa diri bahkan 'loyo'. Permasalahan semakin pelik dikala pandangan mahasiswa sebagai kaum 'elit' dan intelektual ternyata berbanding terbalik dengan kapasitasnya. Kita pasti paham, jika keegoisan bertemu dengan kebodohan kemanakah muaranya?
Ya, betul! Mereka mudah terpancing emosi, terprovokasi dan sudah tidak bisa membedakan mana yang haq dan yang bathil. Paham kesenangan yang mereka anut, membuat mereka membela golongannya. Mereka benar-benar lupa diri. Melupakan kehidupan nyata, menghabiskan harta orang tua demi terlihat sosialita. Media sosial adalah tempat mereka menunjukkan sepuas-puasnya, seindah-indahnya.Sampai titik ini, bagaimana menurut kalian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar