Minggu, 22 Juli 2018

Bisnis yang Cocok Untuk Mahasiswa

Ketika memasuki fase mahasiswa, sebaiknya kita sudah #melekfinancial. Berbagai cara pengelolaan keuangan dilakukan, salah satunya dengan usaha memperoleh tambahan penghasilan.
.
Biasanya selain kendala modal, kesibukan kita sebagai mahasiswa juga menjadi kendala utama untuk memulai sebuah bisnis. Jangan sampai kuliah terbengkalai karena fokus ke bisnis. Memang, setiap manusia berhak menentukan jalan hidup dan prioritasnya, namun alangkah baiknya sebelum memimpin perusahaan yang akan kamu bangun, pimpinlah dirimu sendiri. Ingat, sebelumnya kamu telah berjanji pada diri sendiri dan orang tua untuk menjalankan kewajiban sebagai pelajar. Yap, sangat tidak disarankan menjadi businessman yang sukses sekaligus mahasiswa yang lalai.
.

.
Sebagian orang membayangkan menjadi businessman sangat merepotkan, sebagian lagi tergiur dengan hasil-hasil yang akan dicapai nantinya. Maka, bayangan-bayangan seperti itu sebisa mungkin dinetralisir. Artinya, jika kamu memiliki tekad untuk menjadi mahasiswa wirausaha, kamu harus sadar betul langit yang kamu tatap, dan dimana kakimu berpijak. Memahami konsekuensi is a must! Semangat dan logikamu harus berjalan beriringan guys, jangan sampai saking semangatnya kamu lupa kalau  besok ada tugas, besoknya lagi mengumpulkan makalah dll.
Tidak konsisten juga membuat bisnismu terkendala. Misalnya, tidak promosi sehari-dua hari membuat viewers akun online shop kamu menurun, bahkan kehilangan peluang.
.
Lalu seperti apa sih jenis bisnis yang cocok untuk mahasiswa?
.
Pertama, skill. Bisa dibilang skill marketing adalah senjata utama. Jika boleh lebay, dimanapun, bisnis model apapun jika kita memiliki skill marketing yang bagus pasti bisnis akan sukses. Hal tersebut karena, marketing adalah 'nyawa' suatu bisnis. Banyak dari kita menemukan pelatihan keterampilan wirausaha tanpa dibarengi pelatihan skill menjual. Boleh dibilang sia-sia kan, karena goals dari pelatihan wirausaha tersebut tidak tercapai.
Kebutuhan jiwa seorang mahasiswa wirausaha adalah skill menjual. Caranya, menyingkirkan rasa gengsi, malu, pesimis dan penakut.

Kedua, kalau kamu berpikir bisnis itu hanya tentang mendapatkan modal, membuat produk, packing, kirim... Hm, terlalu sulit. Coba kita lihat perusahaan-perusahaan yang sedang hits saat ini: Gojek, Grab, Shopee, Traveloka. Apakah mereka benar-benar membuat produk? Tidak. Mereka hanya membuat wadah, menjadi penyalur dengan tujuan memangkas waktu user untuk mendapatkan produk tertentu. Yap, inilah sebenarnya yang kamu butuhkan. Bisnis yang memudahkan calon pembeli menemukan produk yang diinginkan. Menjadi reseller brand-brand ternama atau membuka jasa titip adalah pilihan yang bagus. Lebih bagus lagi jika kamu bersama tim memiliki ide bisnis StartUp bermodel crowdfunding.
.
 Salam melek finansial!

Selasa, 17 April 2018

Ibrah (Belajar dari Dilan)

Dilan, merupakan nama tokoh utama sebuah film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq yang berjudul "Dilan 1990". Kisah romantisme remaja yang mengambil latar belakang Bandung tahun 90'an ini sukses membuat penonton baper sampai terinveksi #virusDilan loh.

Manisnya, kisah romantis yang disajikan klasik dalam karakter Dilan dan Milea sangat jauh berbeda dengan kisah cinta menye-menye remaja zaman now. Hal ini menjadi satu poin plus dalam karya Pidi Baiq dimana mampu menyampaikan pesan melalui karakter kuat masing-masing peran.

Terlepas dari segala kecamuk kebaperan pemirsa, film ber genre drama romantis ini bisa kita ambil ibrahnya lho.

Dilan...
    Seorang anak lelaki yang mampu menempatkan diri. Dilan paham betul posisi dimana ia berada. Saat anak lelaki seusianya, dengan segala aktivitas di geng motor mungkin bisa melakukan apapun tanpa batasan, Dilan tetap menguasai keadaan diri dan sekitarnya. Begitu pula disekolah, meski ia dianggap bandel dan pembuat onar, prestasinya tidak pernah mengecewakan. Keberanian dan keteguhan prinsipnya luar biasa. Kepiawaiannya menguasai keadaan dan karakter diri membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab juga merupakan salah satu sifat yang melekat kuat pada karakter Dilan. Disisi lain, Dilan bisa menunjukkan bahwa sehebat apapun kita diluar sana, di rumah kita hanyalah seorang anak.

Dilan hanyalah anak lelaki biasa yang wajib taat kepada orang tuanya....
 



Malang, 17 April 2018

Mahasiswa Hedonis (Sosialita lupa status)

Selamat malam pembaca!
Kabar baik? Sudah lama mimin ngga nulis ya, hehe.

Sebenarnya sudah lama pingin nulis topik ini. Fenomena sosial yang sedang booming entah dengan atau tanpa kita sadari. Mahasiswa hedonis, kenapa sih dua hal ini sangat sering kita dengar? Kenapa harus mahasiswa. Padahal ibu-ibu atau bapak-bapak kan juga bisa.

Mereka adalah kaum minoritas yang beruntung. Stigma terhadap mereka adalah memiliki darah juang yang tinggi. Dijuluki kaum intelektual, akademisi dengan gagasan-gagasan besar. Ide-ide dan inovasinya dinanti, goresan penanya dihargai dan suara orasinya dipandang lautan manusia.
Agent of change, para pemuda yang selalu dielu-elukan bakal membawa perubahan besar bagi negeri. Ungkapan orang, mereka idealis, kritis selalu bicara kepentingan rakyat.

Historisnya, mahasiswa sejatinya mengemban tugas mulia. Hal yang menjadi pertanyaan bagi mahasiswa adalah, apakah mahasiswa saat ini masih mengemban dan melaksanakan tugas mulia tersebut? Ataukah jiwa mereka telah digerogoti budaya hedonis?

Definisi sederhana hedonisme adalah aliran atau budaya yang berorientasi pada kesenangan, foya-foya, serta apapun yang bersifat duniawi. Paham hedonisme berpotensi akan melahirkan apatisme dan pragmatisme. Hal tersebut karena apabila paham hedonisme tersebut telah menjadi pegangan hidup seseorang, maka karakter apatisme dan pragmatisme akan andil menguasai dirinya. Kepedulian terhadap lingkungan sosial akan semakin menurun dan keegoisan semakin menjadi-jadi. Jelasnya, mereka tidak hanya lupa terhadap kesulitan orang tua, namun mereka telah menjauh dari ajaran Tuhannya.

Lebih jelas lagi, paham itulah yang membuat mahasiswa di negeri ini menjadi tidak memiliki orientasi yang jelas, lupa diri bahkan 'loyo'. Permasalahan semakin pelik dikala pandangan mahasiswa sebagai kaum 'elit' dan intelektual ternyata berbanding terbalik dengan kapasitasnya. Kita pasti paham, jika keegoisan bertemu dengan kebodohan kemanakah muaranya?
Ya, betul! Mereka mudah terpancing emosi, terprovokasi dan sudah tidak bisa membedakan mana yang haq dan yang bathil. Paham kesenangan yang mereka anut, membuat mereka membela golongannya. Mereka benar-benar lupa diri. Melupakan kehidupan nyata, menghabiskan harta orang tua demi terlihat sosialita. Media sosial adalah tempat mereka menunjukkan sepuas-puasnya, seindah-indahnya.Sampai titik ini, bagaimana menurut kalian?